PEMIKIRAN ILMU KALAM DARI ALIRAN MATURI

 Haii Blogger !!!


Secara historis, al-Maturidi muncul bersamaan dengan al-Asy’ari. Keduanya merupakan tokoh yang berjasa besar pada dalam membela keyakinan ahli hadits. Pada awalnya, aliran Maturidiyah muncul disebabkan karena ketidakpuasan terhadap pemikiran Mu’tazilah yang terlalu dominan pada akal. Disisi lain, al-Maturidi juga tidak puas pada konsep teologi ulama salaf yang mengesampingkan penggunaan akal. Dari faktor tersebut, al-Maturidi terdorong untuk kemudian mengembangkan metode al-Naql dan al-aql dalam pemikiran kalam, yaitu jalan tengah antara pemikiran rasional Muktazilah dan aliran tradisional Hambali. Perbedaannya dengan al-Asy’ari seperti menilai pada baik dan buruk, menurut al-Maturidi baik dan buruk dapat diketahui melalui akal meski tidak ada wahyu karena yang dinilai adalah substansinya. Sedangkan menurut al-Asy’ari, baik dan buruk dinilai menurut Syara’, tidak bisa bila hanya melalui akal. 

A. Biografi Imam Maturidi.

    Nama lengkap al-Maturidi adalah Abu Mansur Muhammad ibn Muhammad ibn Mahmud al-Hanafi al-Maturidi al-Samarqandi. Beliau lahir di Maturid, Samarqand, salah satu kota besar di Asia Tengah. Tahun kelahirannya tidak diketahui secara pasti diperkirakan beliau lahir sekitar tahun 238 H /853 M, ada keterangan bahwa beliau pernah berguru pada Muhammad ibn Muqatil al-Razi yang wafat pada tahun 248 H /847 M ini berarti al-Maturidi lahir pada masa pemerintahan al-Mutawakkil salah seorang khalifah Abbasiah (232-247 H / 847-861 M).

    Maturidi menerima pendidikan yang cukup baik dalam berbagai ilmu pengetahuan keislaman dibawah ajaran empat ulama terkemuka pada masa itu yaitu : Syaikh Abu Bakar Ahmad ibn Ishaq, Abu Nashr Ahmad ibn al-‘Abbas ibn ibn al-Husain al-Ayadi al-Ansari al-Faqih as-Samarqandi, Nusair ibn Yahya al-Balkhi, dan Muhammad ibn Muqatil al-Razi, mereka semua ialah murid- murid dari Abu Hanifah. Dalam fiqh al-Maturidi mengikuti madzhab Hanafi dan beliau juga termasuk ulama hanafiyah yang memiliki andil besar dalam bidang fikih melalui beberapa karya tulisannya seperti al-Ma’akhiz al-Shari’ah dan Kitab al-Jadal yang dianggap otoritatif di dalam bidang ini.

B. Pokok Pemikiran Kalam Imam Maturidi.

    Pokok pemikiran kalam Al-Maturidy dalam faham teologi banyak terpengaruh oleh pemikiran Imam Abu Hanifah yang juga banyak menggunakan rasio dalam pandangan keagamaan, meski begitu pemikiran teologinya masih dalam kategori ahlu sunnah.

    1. Akal dan Wahyu 

        Persoalan tentang akal selalu dihubungkan dengan wahyu dalamhal ini pembahasan akan difokuskan pada empat (4) persoalan, yaitu :

  1. Kemampuan akal untuk mengetahui Tuhan
  2. Kemampuan akal untuk mengetahui kewajiban mengenal Tuhan
  3. Kemampuan akal untuk mengetahui baik dan buruk
  4. Kemampuan akal untuk mengetahui kewajiban melakukan yang baik dan mencegah yang buruk 
        Dalam pembahasan akal dan wahyu aliran maturidiyah terbagi menjadi dua kelompok yaitu Maturidiyah Samarkand dan Maturidiyah Bukhara.  
         a. Maturidiyah Samarkand
            Tokoh dalam aliran ini ialah pendiri aliran maturidi sendiri yaitu Abu Mansur Muhammad ibn Mahmud al-Maturidi. Aliran ini dianggap oleh beberapa kalangan corak pemikirannya lebih dekat pada aliran Mu’tazilah dalam bidang teologi. Menurut Maturidiyah Samarkand akal dapat mengetahui kewajiban manusia untuk berterimakasih kepada tuhan meski tanpa bantuan wahyu, begitu pual dengan baik dan buruk akal dapat mengetahui sifat baik yang ada di dalamnya dan sifat buruk yang ada di dalamnya singkatnya akal dapat mengetahui yang buruk adalah buruk dan yang baik adalah baik. 
        b. Maturidiyah Bukhara
            Akal menurut paham Maturidiyah Bukhara tidak dapat mengetahui kewajiban-kewajiban melainkan hanya dapat mengetahui sebab-sebab dari proses kewajiban itu menjadi wajib, maka dari itu mengetahui Tuhan dalam arti berterimakasih kepada Tuhan dan sebelum turunnya wahyu tidaklah wajib bagi manusia mengetahuinya. Menurut kelompok ini, akal hanya bisa mengetahui persoalan nomor 1 dan 2, sedangkan nomor 3 dan 4 dapat diketahui dengan wahyu.

        2. Keimanan
            Dalam masalah iman Maturidiyah berpendapat bahwa iman adalah tasdhiq al-qalb (mwyakini dengan hati) dan bukan hanya iqrar bi al-lisan (perkataan di lisan).
         a. Maturidiyah Samarkand
             Iman ialah merupakan pembenaran dan pengakuan lisan oleh karena itu iman diciptakan oleh manusia sedangkan tempat iman itu berada di dalam hati.
         b. Maturidiyah Bukhara
            Menurut mereka iman terdiri dari dua unsur yaitu unsur petunjuk (hidayah) Tuhan dan unsur yang diberi petunjuk dengan benar (ihtida’). Unsur pertama merupakan unsur yang datang hanya dari Tuhan, petunjuk adalah inisiatif Tuhan, karena itu iman daalam unsur ini tidak dapat diciptakan manusia. Dalam unsur yang kedua (ihtida’) manusia memiliki peran karena iman dalam pengertian kedua ini iman diciptakan oleh manusia.

        3. Pelaku Dosa Besar
            Al-Maturidi berpendapat bahwa orang yang berdosa besar tidak kafir dan tidak kekal di dalam neraka walaupun ia mati sebelum bertobat. Hal ini karena Tuhan sudah menjanjikan akan memberikan balasan kepada manusia sesuai perbuatannya. Kekal di dalam neraka adalah balasan bagi orang yang berbuat dosa syirik. Dengan hal ini berbuat dosa besar selain syirik tidak akan
menyebabkan pelakunya kekal di dalam neraka dan perbuatan doosa besar (selain syirik) tidaklah menjadikan seseorang kafir atau murtad.

C. Dalil Landasan Pemikiran Imam Maturidi
     Ayat al-qur’an surat al-Hujurat (49) ayat 14 tersebut dipahami al-Maturidi sebagai usaha penegasan bahwa keimanan itu tidak cukup hanya dengan perkataan saja tanpa diyakini oleh hati. Apa yang diucapkan oleh lisan dalam pernyataan iman akan dianggap batal apabila hati tidak mengikutinya.

D. Perkembangan Pemikiran Maturidi
     Setelah wafatnya al-Maturidi beliau meninggalkan beberapa karya tulis yang memuat pemikiran-pemikiran teologisnya, beliau juga memiliki murid-murid yang sangat berperan dalam melestarikan ajaran-ajarannya. Empat murid al- Maturidi yang terkemuka ialah Abd al-Hakim al-Samarqandi, Abu al-Hasan Ali ibn Said al-Rastafgani, Abu Muhammad Abd al-Karim ibn Musa al-Bardawi, dan Abu al-Laith al-Bukhari. Perkembangan ajaran Maturidiyah menurut Ayyub Ali dalam Aqidah al-islam wa al-imam al-Maturidi sebagaimana yang dikutip oleh Ceric (1995 : 232) menyatakan bahwa berbeda dengan orang-orang Asy’ariyah setelah wafatnya al- Asy’ari, orang-orang Maturidiyah tidak menambahkan sesuatu pada pemikiran teologi al-Maturidi, hal ini disebabkan karena beberapa hal : a. Orang-orang Maturidiyah lebih banyak berkonsentrasi pada masalah fiqih. 
b. Dasar pemikiran teologi Maturidiyah-Hanafiyah telah dibuat oleh Abu Hanifah sedangkan 
    al-Maturidi hanya menyempurnakan saja. 
Pengaruh aliran Maturidiyah dalam dunia islam tidak sebesar pengaruh aliran Asy’ariyah. Aliran Maturidiyah banyak dianut oleh umat islam yang menggunakan madzhab Hanafi, terutama yang berada di kawasan Asia Tengah.7
             

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama