PEMIKIRAN ILMU KALAM DARI ISMAIL FARUQI DAN HASAN HANAFI

 Haii Blogger !!!


 Al-Qur'an merupakan petunjuk bagi umat manusia. Namun, Al-Qur'an bukanlah risalah tentang Tuhan dan sifat-sifat-Nya saja. Kandungan Al-Qur'an bermanfaat bagi manusia, seperti air, yang merupakan unsur yang menyebabkan kehidupan semua makhluk hidup dari waktu ke waktu. Dalam memahami Al- Qur’an membutuhkan penafsiran yang lebih lanjut sehingga dapat menyimpulkan makna dari ayat Al-Qur’an tersebut. Terdapat beberapa penafsiran dan pemikiran dari para ulama yang dapat kita pelajari contohnya pada makalah ini penulis akan memaparkan pemikiran dari Ismail Faruqi dan Hasan Hanafi. Kedua tokoh ini merupakan pemikir kalam kontemporer dimana pemikiran ini berisi tentang motivasi yang dapat merubah pola pikir masyarakat dan merupakan gabungan dari gagasan kalam klasik yang dikekukakan oleh beberapa aliran seperti khawarij, jabariyah, murji’ah, dlsb. Selain itu, penulis juga akan membahas tentang relevansi islamisasi ilmu pengetahuan dalam konteks zaman sekarang.


A. Ismail Faruqi 

    1. Biografi Ismail Faruqi 

        Ismail Raji Al Faruqi dilahirkan di Palestina, tepatnya di daerah Jaffa pada tanggal 1 Januari 1921. Al Faruqi dikenal sebagai orang yang memiliki perjalanan hidup yang cukup menantang dan dinamis. Ayahnya bernama Abdul Huda Al Faruqi, seorang qâdhi terkemuka di Palestina. Beliau hijrah secara keseluruhan dari geografis, sosial dan pendidikan yang menjadi selimut perjalanan panjang Al Faruqi dalam kehidupannya. Philip K. Hitti (1974) menguraikan jika dipandang secara geografis, wilayah Palestina awalnya merupakan daerah yang berada di bawah penaklukan Romawi. Palestina merupakan daerah kekuasaan oleh bangsa Arab pada masa khalifah Umar bin Khattab, pasca penaklukan ini penduduknya sebagian besar memeluk agama islam dan ikut berjihad dalam pasukan Arab guna penaklukan dan perluasan wilayah kekuasaan Islam. Lingkungan keluarga Al Faruqi merupakan keluarga yang dikenal sebagai keluarga berpendidikan. Masa kecil Al Faruqi telah mendapat sentuhan proses pendidikan dari sosok ayah yang menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman dalam setiap aktivitas kehidupannya.Namun Al Faruqi tidak hanya terkenal dari segi pendidikannya saja namun dari segi ekonominya dapat dikatakan cukup. Al Faruqi mendapatkan pendidikan yang lebih dari sosok ayah nya seperti yang dilalui oleh anak-anak keturunan bangsa Arab yang selalu mengutamakan pendidikan agama, Al Faruqi memulai pendidikannya dengan pendidikan agama.

    2. Pemikiran Ismail Faruqi 

        Al-faruqi memberikan konsep pemikiran baru dalam pendidikan islam, karena selama ini pendidikan islam selalu menerapkan paradigma pendidikan Barat. Menurutnya, pendidikan di dunia ini harus berpedoman dengan konsep awal yaitu tauhid atau sikap peng-Esaan terhadap sang pencipta yang mutlak. Al-Faruqi membentuk konsep pendidikan keluarga sebagai landasan pertama dalam pendidikan dimana keluarga menjadi media penerjemah Tauhid sehingga segala aktivitas dalam keluarga harus dilandasi dengan nilai-nilai Tauhid dan dikotomi pendidikan harus dibumi Al Faruqi menekankan bahwa peradaban Islam adalah Islam itu sendiri dan pokok ajaran Islam adalah Tauhid atau pengesaan terhadap yang maha pencipta, tindakan ini menegaskan Allah yang Esa, pencipta mutlak dan hanguskan atau disubtitusi dengan paradigma pendidikan yang terpadu dan terintegrasi. Lebih dari itu Tauhid juga harus merupakan suatu realitas batin dan keimanan yang berkembang di dalam hati2 . Tauhid yang digagas oleh Al-Faruqi meliputi 5 kesatuan, yaitu: 

a. Keesaan (kesatuan Tuhan) Artinya meyakini bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Swt., dan Allah- lah yang menciptakan dan memelihara alam semesta. 

b. Kesatuan cipataan (kesatuan alam) Artinya segala alam semesta baik yang materialis, psikologis, biologis, estetika, dan ruang (spasial) merupakan sebuah satu kesatuan. Masing- masing dari mereka saling menyempurnakan dan telah diatur dalam hukum alam (sunnatullah) untuk mencapai titik tertinggi yakni, Tuhan 

c. Perpaduan kebenaran dan pengetahuan Menurut Al-Faruqi Sumber kebenaran itu harus ada bukti empirisnya atau sesuai dengan realita. Maka, Al-Faruqi mengembangkan rumusan kesatuan kebenaran ada 3 macam, yaitu: 

1). Berdasarkan wahyu, artinya manusia tidak boleh membuat paradigma dengan keadaan empirik;

2). Tidak adanya kontradiksi antara nalar dan wahyu, 

3). Peneltian pada jagat raya sataupun bagian lain yang tidak ada ujungnya, karena kuasa Tuhan tak terbayang. 

d. Kesatuan hidup Artinya, menjajarkan atau menstabilkan antara hukum alam dan hukum moralitas baik yang bersifat spiritual dengan material, jasmani dengan rohani dlsb. Karena kedua hal itu berjalan beriringan. e. Kesatuan umat manusia Konsep ini memberikan pengetahuan bahwa dalam mengembangkan ilmu harus memiliki dasar dan tujuan umum untuk semua manusia tanpa mendeskriminasi apapun, dan bukan pula untuk kepentingan individu, golongan, ras, oknum tertentu, dlsb.

3. Karya-karya Ismail Faruqi

    a. Islam and Modernity: Problem and Prespective, 1968

    b. Islam and Modernity: Diatribe or Dialogue? Journal of Ecumenical

    Studies, 1968

       c. The Role of Islam in Global Interreligious Dependences, 1980

    d. Izlamization of Knowledge, 1982

    e. Christian Ethics: An Historical Atlas of the Religions of the World; Trialogue of Abrahamic                Faiths: The Cultural Atlas of Islam

    f. Tawhid: Its Implications for Thought and Live, 1982.

    g. Tawhid: Its Implications for Thought and Life. Herndon, 1982.


B. Hasan Hanafi 

    1. Biografi Hasan 

        Hanafi Hasan Hanafi lahir dari keluarga Bani Suwayf di Kairo, Mesir, pada tangal 13 Februari 1935. Beliau sering dipanggil Hanafi. Hasan Hanafi adalah seorang pemikir hukum Islam sekaligus guru besar filsafat terkemuka di Universitas Kairo Mesir. Hanafi tumbuh dan besar di kawasan Kairo Fathimi yakni wilayah yang dekat dengan Benteng Shalahuddin Al Ayyubi yang ada di perkampungan Al Azhar, beliau mulai belajar Al-Quran pada usia 5 tahun di bawah bimbingan Syaikh Sayyid. Hanafi saat itu hidup di bungker persembunyian ketika Mesir tengah menghadapi perang dunia ke-2. Pertempuran antara Inggris dan Jerman pada saat itu membuat Hanafi bangga dia bangga karena tentara Jerman ingin membebaskan Mesir dari Inggris. Kekaguman Hanafi pada spirit dan idealism Jerman yang menyatukan spirit/ roh/ alam. Hanafi aktif mengikuti kajian-kajian dan kursus Bahasa Jerman. Makalah pertama yang ia tulis saat duduk di bangku kuliah berjudul “Kesamaan antara spirit Arab dan spirit Jerman” menurut Hanafi keduanya meyerukan idealisme, naturalisme, kekuatan, rasio, negara dan sistem.

     2. Pemikiran Hasan Hanafi 

         Hanafi adalah seorang pemikir yang berbeda dari yang lain dan dikatakan sebagai seorang yang unik. Dia tidak dapat diklasifikasikan sebagai pemikir tradisional karena ia secara tegas mengkritik dan mengungkapkan kelemahan dari pemikiran tradisional tersebut. Di sisi lain, dia juga tidak dapat dikategorikan sebagai modernis karena ia mengkritik gagasan-gagasan modern dan justru menganggap pemikiran tradisional sebagai landasan yang relevan untuk masa sekarang dan masa depan. Hanafi juga tidak termasuk dalam kategori fundamentalis karena ia menggunakan analisis intelektual dengan penekanan pada rasionalitas. Pemikiran Hanafi selalu menampilkan hubungan dialektis antara subjek diri (self) dan yang lain (other) dalam disiplin ilmu sejarah. Ini dilakukan dalam upaya untuk menginterpretasikan ulang tradisi agar tetap relevan dengan tuntutan zaman sekarang. Oleh karena itu, teori pengetahuan Hanafi memiliki paradigma kebenaran yang relatif, di mana rasionalitas berperan sebagai sarana untuk mencapai kebenaran. Dalam hal ini, terdapat hubungan kesadaran subjek dengan realitas objektif, di mana realitas dianggap sebagai objek sejauh ia dipersepsikan oleh kesadaran subjek.

3. Karya-karya Hasan Hanafi

      a. Al-Turats wa al-Tajdid tentang dasar ide pembaharuan. 

      b. Al Yasar Al-Islamiy (Kiri Islam), tentang "manifesto politik" 

      c. Min Al-Aqidah ila Al-Tsaurah, memuat uraian terperinci tentang pokok-pokok pembaruan. 

      d. Kumpulan artikel seminar di beberapa negara yang disusun menjadi buku Religion, Ideology,           and Development. 

       e. Artikel lainnya diberi judul Islam in the Modern World." 6. Kiri Islam adalah kelanjutan dari               Al-Urwah al-Wustqa dan Al-Manar." 7. At-Turas Wa At-Tajdid "Warisan Klasik dan                           Pembaharuan." dst

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama