PEMIKIRAN ILMU KALAM DARI ALIRAN MU'KTAZILAH

 Haiii Blogger !!!



Perpecahan umat Islam tidak berhenti pada ranah pemikiran namun juga telah masuk pada ranah perbuatan, bukan hanya perbedaan namun juga berbeda aliran, dan diperparah lagi perbedaan itu berakhir dengan pertumpahan darah. Dari rangkaian di atas penulis mencoba mengulas kembali sejarha penyebab perpecahan umat Islam dari sudut pandang salah satu aliran yang fenomenal dalam terjadi sejarah pemikiran Islam agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap generasi selanjutnya.

Adapun blog ini membahas bagaimana sejarah munculnya aliran Mu’tazilah, siapa saja tokoh-tokohnya dan pemikirannya dan bagaimana perkembangan aliran Mu’tazilah masa klasik dan Neo Mu’tazilah.

A. Sejarah Perkembangan Aliran Mu’tazilah

        Secara tekhnis istilah Mu’tazilah menunjuk pada dua golongan, yaitu :

a. Golongan pertama muncul sebagai respon politik murni, golongan ini tumbuh sebagai kaum netral politik, khususnya dalam arti bersikap lunak dalam menangani pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dan lawan lawannya, terutama Mu’awiyah, Aisyah, Thalhah dan Abdullah bin Zubeir.

b. Golongan kedua muncul sebagai respon persoalan teologi yang berkembang di kalangan Khawarij dan Murji’ah akibat adanya peristiwa Tahkim.

    
         Sejarah awal munculnya sekte atau aliran Mu’tazilah yaitu pertama kali muncul di kota Bashrah (Iraq) pada abad ke 2 H, pada tahun 105-110 M, tepatnya pada masa pemerintahan khalifah Abdul Malik. Pendahulunya adalah seorang penduduk Basrhrah yaitu mantan murid dari Al-Hasan Al-Bashri yang bernama Wasil bin Atha’ Al-Makhzumi Al-Ghozzal yang lahir di Madinah tahun 700 M, lahirnya Mu’tazilah ini adalah karena Wail bin Atha’mberpendapat bahwa muslim berdosa besar bukan mukmin dan bukan kafir yang berarti ia fasik. Sedangkan Imam Hasan Al-Bashri berpendapat bahwa mukmin berdosa besar masih berstatus seorang mukmin.            

        Berkaitan dengan pemikiran Mu’tazilah, Harun Nasution melihat bahwa di zaman modern sekarang ini, pemikiran atau paham-paham Mu’tazilah yang bercorak rasional itu telah mulai timbul kembali di kalangan umat Islam, terutama kaum intelektual. Secara tak disadari mereka telah menganut paham-paham yang sama atau dekat dengan paham Mu’tazilah. Menganut paham-paham demikian, tidaklah membuat mereka keluar dari Islam.Dengan masuknya kembali rasionalisme ke dunia Islam melalui kebudayaan barat modern, maka paham-paham Mu’tazilah mulai timbul kembali, terutama di kalangan kaum intelektual muslim yang berpendidikan barat.

B. Pengertian Aliran Mu'tazilah

Secara bahasa kata Mu’tazilah berasal dari kata ‘azala, ya’taziluhu, ‘azlan,wa’azalahu, fa’tazala a-in’azala, wa ta’azzalah yang artinya menyingkir atau memisahkan diri. Kemudian Mu’tazilah secara isltilah adalah sebuah sekte pecahan yang mempunyai lima pokok keyakinan, meyakini dirinya merupakan kelompok moderat di antara dua kelompok ekstrem yaitu Murji’ah yang menganggap pelaku dosa besar tetap sempurna imannya dan Khawarij yang menganggap pelaku dosa besar telah kafir. Mu’tazilah adalah kelompok yang membangun pahamnya berdasarkan analisa akal. Dalam menafsirkan agama, mereka menafsirkannya sesuai dengan logika akal. Aliran ini mengajarkan (al-usul al khamsah) untuk menyelamatkan Islam daari kehancuran.

C. Tokoh-tokoh Aliran Mu'tazilah

  1.     Wasil bin ‘Atha termasuk murid yang pandai, cerdas dan tekun belajar, ia berani mengeluarkan pendapatnya yang berbeda dengan gurunya sehingga ia kemudian bersama pengikutnya dinamakan golongan Mu’tazilah
  2. Abu Huzail al-Allaf (w. 235 H), Seorang pengikut aliran Wasil bin Atha, Ia merupakan generasi kedua Mu’tazilah yang kemudian mengintroduksi dan menyusun dasar dasar faham Mu’tazilah yang disebut dengn Ushulul Khamsah. Ia mendirikan sekolah Mu‟tazilah pertama di kota Bashrah lewat sekolah ini, pemikiran Mu‟tazilah dikaji dan dikembangkan.
  3. An-Nazzam, pendapatnya yang terpenting adalah mengenai keadilan Tuhan. Karena Tuhan itu Maha Adil, Ia tidak berkuasa untuk berlaku zalim.
  4. Al-Jubba’i Al-Jubba‟I adalah guru Abu Hasan al-Asy‟ari, pendiri aliran Asy‟ariah. Ia mempunyai pola pikir yang tidak jauh berbeda dengan tokoh tokoh Mu’tazilah lainnya, yakni mereka mengutamakan akal dalam memahami dan memecahkan persoalan teologi.

    D. Ajaran Pokok Aliran Mu'tazilah
                 Abu Hasan Al- Kayyath berkata dalam kitabnya Al- Intisar “Tidak ada seorang pun yang berhak mengaku sebagai penganut Mu`tazilah sebelum ia mengakui Al- Ushul Al- Khamsah ( lima landasan pokok ),  yaitu:

            a. At-Tauhid (ke-Esaan)
               At-tauhid (pengesaan Tuhan) merupakan prinsip utama dan intisari ajaran mu’tazilah. Bagi mu’tazilah ,tauhid memiliki arti yang spesifik. Tuhan harus disucikan dari segala sesuatu yang dapat mengurangi arti kemahaesaannya. Untuk memurnikan keesaan Tuhan, Mu’tazilah menolak konsep Tuhan memiliki sifat-sifat. Mu’tazilah  mengingkari bahwa mengetahui, berkuasa, berkehendak, dan hidup adalah termasuk esensi Allah.
            b.  Al-‘Adl (keadilan Tuhan)
           Ajaran dasar Mu’tazilah yang kedua adalah al-adl, yang berarti Tuhan Maha Adil. Adil merupakan sifat yang paling gamblang untuk menunjukkan kesempurnaan, karena Tuhan Maha sempurna dia pasti adil. Faham iani ingin menekankanTuhan benar-benar adil menurut sudut pandang manusia. Tuhan dipandang adil apabila bertindak hanya yang baik dan terbaik. Begitupula Tuhan itu adil bila tidak melanggar janjinya.
           c. Al-Wa’ad wa al-Wa’id (Janji dan ancaman)
                Ajaran ini berisi tentang janji dan ancaman. Ajaran ketiga ini tidak memberi peluang bagi Tuhan selain menunaikan janjinya yaitu memberi pahala orang yang ta‟at dan menyiksa orang yang berbuat maksiat, ajaran ini tampaknya bertujuan mendorong manusia berbuat baik dan tidak melakukan perbuatan dosa.
           d. Al-Manzilah bain Al-Manzilatain (tempat diantara kedua tempat)
                Inilah ajaran yang menyebabkan lahirnya mazhab mu’tazilah. Menurut pandangan Mu’tazilah orang islam yang mengerjakan dosa besar yang sampai matinya belum taubat, orang itu di hukumi tidak kafir dan tidak pula mukmin, tetapi diantara keduanya. Mereka itu dinamakan orang fasiq, jadi mereka di tempatkan di suatu tempat diantara keduanya.
            e. Al Amr bi Al Ma’ruf wa Al Nahi an Al Munkar (Menyuruh kebaikan dan melarang                         keburukan)
                Ajaran ini menekankan keberpihakan kepada kebenaran dan kebaikan Pengakuan keimanan harus dibuktikan dengan perbuatan baik, diantaranya dengan menyuruh orang berbuat baik dan mencegahnya dari kejahatan. Perbedaan mazhab Mu’tazilah dengan mazhab lain mengenai ajaran kelima terletak pada tata pelaksanaanya. Menurut Mu’tazilah jika memang diperlukan kekerasan dapat ditempuh untuk mewujudkan ajaran tersebut.




              





Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama