PEMIKIRAN ILMU KALAM DARI ALIRAN JABARIYAH

 Haii Blogger!!!


Ilmu kalam adalah ilmu yang membicarakan tentang bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan agama islam dengan menggunakan bukti-bukti yang valid. Ruang lingkup ilmu kalam sangatlah luas diantaranya membahas tentang aliran-aliran yang pernah ada dalam sejarah islam, tentunya dengan mempelajari aliran-aliran tersebut membuat kita mampu mengenali suatu aliran tersebut dan tentunya dapat menghindarkan diri kita terhadap beberapa aliran yang dinggap berbahaya. aliran jabariyah yang merupakan salah satu aliran dalam pembahasan ilmu kalam.

A. Sejarah Aliran Jabariyah.

        Aliran Jabariyah timbul bersamaan dengan timbulnya aliran Qadariah, yang daerah tempat timbulnya juga tidak berjauhan. Aliran Jabariah timbul di Khurasan Persia, dan Qadariyah di Irak. Paham al-jabar pertama kali diperkenalkan oleh Ja’ad bin Dirham kemudian disebarkan oleh Jahm bin Shafwan dari Khurasan. Aliran Jabariyah ini mengangap bahwa manusia seperti boneka/wayang (dalam keadaan dipaksa berbuat sesuatu) dalam pemahaman mereka. Yang berbuat segala itu adalah Alloh karna kehendakNya. 

        lam sejarah teologi Islam, Jahm tercatat sebagai tokoh yang mendirikan aliran Jahmiah dalam kalangan Murji’ah. Ia adalah sekertaris Suraih bin al- Haris dan selalu menemaninya dalam gerakan melawan kekuasaan Bani Umayyah. Namun dalam perkembangannya, Paham al-jabar juga dikembangkan oleh tokoh lainnya Al-Husain bin Muhammad, An-Najjar dan Ja’d bin Dirham. Jahm bin Shafwan terkenal sebagai orang tekun dan rajin menyiarkan agama. Fatwanya yang menarik adalah bahwa manusia tidak mempunyai daya upaya, tidak ada ikthiar dan tidak ada kasab. Semua perbuatan manusia itu terpaksa di luar kemauannya. Mengenai munculnya aliran jabariyah ini, para ahli sejarah pemikiran mengkajinya melalui pendekatan geokultural bangsa Arab. Di antara ahli yang dimaksud adalah Ahmad Amin. Ia menggambarkan bahwa kehidupan bangsa Arab yang dikungkung oleh gurun pasir memberikan pengaruh besar ke dalam cara hidup mereka. Ketergantungan mereka kepada alam Sahara yang ganas telah memunculkan sikap penyerahan diri terhadap alam.

        Harun Nasution dalam hal ini menjelaskan bahwa bangsa Arab dengan keadaan yang bersifat serba sederhana dan jauh dari pengetahuan, terpaksa menyesuaikan hidup mereka dengan suasana padang pasir, dengan panasnya yang terik serta tanah dan gunungnya yang gundul, Dalam dunia yang demikian, mereka tidak melihat jalan untuk mengubah keadaan sekeliling mereka sesuai dengan keinginan mereka sendiri.

B. Pengertian Jabariyah.

        Menurut bahasa kata Jabariyah berasal dari kata Jabaro yang mengandung arti memaksa. Sedangkan menurut istilah, Jabariyah adalah suatu aliran atau paham yang berpendapat bahwa manusia itu di dalam perbuatannya terpaksa (majbur) artinya perbuatan manusia itu pada dasarnya adalah perbuatan Allah. Asy-Syahratani menegaskan bahwa Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebut kepada Allah. Jadi dalam pengertian ini, manusia memang tidak memiliki kemandirian dalam menentukan kehendaknya, dan dalam melakukan perbuatan, tetapi perbuatannya itu dalam keadaan terpaksa.

C. Aliran-Aliran Dalam Jabariyah dan Tokoh-Tokohnya.

        Menurut Abraham Abdul Karim Syahrastani di dalam bukunya Al-Milal wa An-Nihal membedakan paham Jabariyah yang berkembang di dunia Islam itu menjadi 2 bentuk yaitu paham Jabariyah ekstrem dan paham Jabariyah moderat.

  1. Paham Jabariyah Ekstrem.

          Dikatakan jabariyah ekstrim karena golongan ini memiliki keyakinan yang terlalu berlebihan dalam aktivitas manusia, sehingga menghilangkan adanyya daya otak yang mampu memilah antara hal baik dan buruk. Diantara tokoh kaum jabariyah ekstrim sebagai berikut;

  1. Jahm bin Shofwan
  2. Ja'ad bin Dirham
 2. Paham Jabariyah Moderat.

          Jabariyah moderat memiliki keyakinan tuhan menciptakan perbuatan manusia, baik itu positif atau negatif, tetapi manusia mempunyai bagian didalamnya. Tenaga yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatannya.8 Berikut tokoh jabariyah moderat:

  1. Al- Najjar
  2. Adz- Dhirar

D. Ciri-Ciri Ajaran Jabariyah.

Secara umum ciri-ciri (yang juga merupakan pendapat dan ajaran) paham Jabariyah adalah:

  1. Bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan dan ikhtiar apapun, setiap perbuatannya baik yang jahat, buruk atau baik semata Allah SWT semata yang menentukannya.
  2. Bahwa Allah SWT tidak mengetahui sesuatu apapun sebelum terjadi
  3. Ilmu Allah SWT bersifat huduts (baru)
  4. Iman cukup dalam hati saja tanpa harus dilafadhkan.
  5. Bahwa Allah SWT tidak mempunyai sifat yang sama dengan makhluk ciptaan-Nya.
  6. Bahwa surga dan neraka tidak kekal, dan akan hancur dan musnah bersama penghuninya, karena yang kekal dan abadi hanyalah Allah semata.
  7. Bahwa Allah tidak dapat dilihat di surga oleh penduduk surga.
  8. Bahwa Alqur'an adalah makhluk dan bukan kalamullah.
E. Ajaran pokok dalam Aliran Jabariyah.

  1. Manusia tidak mampu berbuat apa-apa.
  2. Surga dan neraka tidak kekal, begitu pun dengan yang lainnya, hanya Tuhanyang kekal.
  3. Iman adalah ma‟rifat dalam hati dengan hanya membenarkan dalam hati
  4. Kalam Tuhan adalah makhluk.
  5. Allah tidak mempunyai sifat serupa makhluk seperti berbicara, melihat, dan mendengar.
  6. Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia berperan dalam mewujudkan perbuatan itu.
 F. Sumber Dalil pokok ajaran Jabariyah.

        Adapun ayat Al Qur’an yang menjadi sumber rujukan/dalil pemahaman Jabariyah adalah sebagai berikut:

    1. Surat As-Saffat Ayat 37:

                                                                                  بَلْ جَاۤءَ بِالْحَقِّ وَصَدَّقَ الْمُرْسَلِيْنَ

        Artinya :” Padahal dia (Nabi Muhammad) datang dengan membawa kebenaran dan membenarkan para rasul (sebelumnya)”.

     2. Surat Al-Anfal Ayat 8:

                                                                           لِيُحِقَّ الْحَقَّ وَيُبْطِلَ الْبَاطِلَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُوْنَۚ   

         Artinya: “Agar Allah menetapkan yang benar (Islam) dan menghilangkan yang batil (syirik), walaupun para pendosa (musyrik) itu tidak disukai(- nya)”   

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama